Perkembangan Pendidikan Beserta Perubahan Filosofi dan Pendekatan dalam Pembelajaran

Disusun Oleh:
Nama: Muhibbatul Aina
NIM: 150341606479
OFF: B
kelompok: 9
Prodi:Pendidikan Biologi

"Perkembangan Kurikulum di Indonesia dan Dasar Filosofi serta Pendekatan Pembelajarannya"

Perkembangan kurikulum di Indonesia
Perkembangan kurikulum di Indonesia dimulai dari kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013. Kurikulum tersebut mengalami pembaruan karena mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern seiring dengan berkembangnya zaman dan kebutuhan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang lebih maju.
- Kurikulum pertama yang dipakai di Indonesia yakni kurikulum 1947 atau sering disebut dengan Rentjana pelajaran 1947, dan kurikulum yang pertama sendiri mulai dilaksanakan tahun 1950. Kurikulum tersebut berisikan daftar mata pelajaran beserta jam pengajarannya. Kurikulum pada saat itu belum terlalu berfokus pada pendidikan karena masih dipengaruhi oleh suasana perjuangan kemerdekaan. Kurikulum 1947 lebih mengutamakan terbentuknya pendidikan watak yang memiliki kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
- Kurikulum kedua yakni kurikulum 1952. Dalam kurikulum tersebut rencana pelajaran yang dibuat harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Terdapat kelas masyarakat yang artinya adalah sekolah khusus bagi yang tidak melanjutkan ke jenjang smp, nantinya dalam kelas/sekolah tersebut diajarkan ketrampilan seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan yang ditujukan agar bisa langsung bekerja.
- Kurikulum ketiga yakni kurikulum 1964 yang menekankan bahwa pada jenjang SD, masyarakat mendapat pembekalan yang mana pembekalan tersebut berpusat pada program pancawardhana. Program pancawardhana meliputi pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistic, keterampilam dan jasmani.
- Kurikulum keempat yakni kurikulum 1968 mengalami perubahan isi daripada kurikulum sebelumnya yakni mengubah program dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus.
- Kurikulum kelima yakni kurikulum 1975 mengarah pada pendidikan yang lebih efisien. Dalam kurikulum ini setiap satuan pelajaran dirinci dalam tujuan umum, khusus, materi pelajarannya, alat pelajarannya, kegiatan belajar mengajarnya, serta evaluasinya.
- Kurikulum keenam yakni kurikulum 1984, dalam kurikulum ini menggunakan konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Konsep ini lebih mengutamakan siswa sebagai subjek belajarnya, sebenarnya konsep ini dapat mendatangkan hasil yang baik akan tetapi pada saat penerapannya secara nasional malah mengalami kemunduran. Dikarenakan banyak mengalami kemunduran, maka konsep CBSA ini diakhiri.
- Kurikulum ketujuh yakni kurikulum 1994, terdapat perubahan sistem semester menjadi sistem catur wulan yakni dalam satu tahun dibagi menjadi tiga tahap dengan tujuan agar siswa memliki kesempatan untuk menerima materi pelajaran lebih banyak. Pada Pada kurikulum ini terdapat banyak tambahan pelajaran seperti pelajaran yang bersifat umum hingga yang bersifat lokal seperti bahasa daerah hingga kesenian.
- Kurikulum 2004 yang disebut dengan KBK (kurikulum berbasis kompetensi). Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai oleh siswanya. Dalam kurikulum tersebut terdapat UAS dan UN yang digunakan sebagai tolak ukur pencapaian kompetensi siswa, dan hal tersebut tidak berjalan lama karena menurut beberapa guru jika ingin mengukur pencapaian kompetensi siswa harusnya dengan perbanyakan praktik atau soal uraian yang digunakan untuk mengukur sampai mana pemahaman siswa tersebut.
- Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) 2006 penyusunannya dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum tersebut memiliki tujuan pendidikan nasional yang tetap disesuaikan dengan potensi daerah dan kondisi peserta didiknya. Sebenarnya ada sedikit kesamaan antara kurikulum 2004 dan 2006, hanya saja pada kurikulum 2006 terdapat desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat. Tetapi pada akhir 2012 terdapat banyak guru yang belum memahami seutuhnya mengenai KTSP sehingga diganti dengan kurikulum yang baru.
- Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diterapkan dalam istem pendidikan di Indonesia saat ini. Kurikulum tersebut adalah penyempurnaan karakter, pendalaman materi, dan penguatan tata kelola kurikulum, penyesuaian beban belajar agar nantinya dapat menjamin kesesuaian yang diinginkan dan yang dihasilkan. Dalam kurikulum ini mengusung konsep belajar tuntas, penilaian autentik, penilaian berkesinambungan, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi dan berdasarkan acuan kriteria (sesuai KKM).

Filosofi Dasar dalam Pengembangan Kurikulum
Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika, epistemologi dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan beragam. Sebab itu, dikenal adanya landasan fisiologis pendidikan berdasarkan aliran-alirannya, yakni; landasan filosofis pendidikan Idealisme, landasan filosofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh: Penganut Realisme antara lain berpendapat bahwa “pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui pengalaman diri”. Implikasinya, penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung (misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau pengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian, dsb). Sedangkan landasan filosofis pendidikan berdasarkan tema-tema tertentu misalnya dalam tema: “Manusia sebagai Animal Educandum” (M.J. Langeveld, 1980), Man and Education” (Frost, Jr., 1957), dll. Demikian pula, aliran-aliran pendidikan yang dipengaruhi oleh filsafat, telah menjadi filsafat pendidikan dan atau menjadi teori pendidikan tertentu. Ada beberapa teori pendidikan yang sampai dewasa ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap praktek pendidikan, misalnya aliran empirisme, naturalisme, nativisme, dan aliran konvergensi dalam pendidikan.

Filosofi, Teori Pendidikan, Desain Kurikulum Dan Teori Belajar

Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran di Indonesia
- Kurikulum sebagai materi
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran kurikulum ini dipergunakan di Indonesia pada periode sebelum tahun 2000. Meliputi kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947), kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Teruarai 1952), kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964), kurikulum 1968, kurikulum 1975, dan kurikulum 1994. Pendekatan ilmiah ini menjadikan kurikulum sebagai wahana menyampaikan pengetahuan (Knowledge Transmission) dari guru kepada siswa. Perencanaan pembelajaran sangat dominan dan ketat berdasarkan urutan logis dari materi pembelajaran, guru melaksanakan pembelajaran dengan meneruskan apa yang diketahuinya kepada siswa disesuaikan dengan silabus yang telah ditentukan. penilaian berdasarkan atas penyerapan materi pengetahuan oleh siswa terhadap rencana materi pengetahuan yang tertulis di dalam silabus.
- Kurikulum sebagai produk
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran kurikulum ini dipergunakan di Indonesia dalam periode dekade 2000an yang dipicu oleh kebutuhan pasar atas kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan (produk) dari program pendidikan. Pendekatan ilmiah ini berkembang dariInggris (sejak 1980an). Pendekatan ilmiah ini menyatakan kebebasan daam penyampaian pembelajaran yang berpatok pada hasil akhir sesuai standar dan kompetensi sebagaimana yang telah dirumuskan.
Sangat tergantung pada penilaian terstandar (harus ketat) sejalan dengan konsep produk dimana pengecekan adalah pada hasil akhir yang harus sesuai standar. Diadopsi di Indonesia dalam bentuk kurikulum KBK dan KTSP, dengan modifikasi bahwa produk akhir diterjemahkan dari materi yang harus dikuasi, sehingga standar lulusan diturunkan dari standar isi.
- Kurikulum sebagai proses
Pendekatan ini tidak pernah digunakan di Indonesia dikarenakan pendekatan ini lebih mementingkan kebutuhan individual siswa yang tidak dapat diseragamkan. Berkembang dari Finlandia (sejak 1990an). Penekanan pada berfikir kritis yang diwujudkan dalam tindakan nyata dengan membangun kolaborasi antar pelaku pendidikan (guru, siswa, pengelola) serta mengevalusi proses secara terus menerus melalui pemantauan proses dan capaiannya secara ketat. Proses penilaian berdasarkan kemajuan siswa dalam pembelajaran (relatif terhadap diri siswa perseorangan pada periode sebelumnya) dan Hasil akhir dapat berbeda bagi tiap siswa sesuai dengan bakat dan minatnya.
- Kurikulum sebagai Praksis Kontekstual
Pendekatan ini merupakan proses perluasan dari konsep kurikulum sebagai proses dengan penambahan perlunya komitmen bersama menyepakati (antar pelaku pendidikan) kegiatan-kegiatan yang diperlukan (sebagai bagian dari proses pembelajaran) untuk mencapai target tertentu yang telah ditetapkan. Penguasaan materi pembelajaran diperoleh melalui siklus aksi dan refleksi berkelanjutan (continuous action-reflection). Guru berperan penting dalam menghasilkan komitmen dari siswa untuk mencapai target tertentu yang telah ditetapkan.

Komentar

Postingan Populer