Teori Belajar Kontruktivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

nama: Muhibbatul Aina
NIM: 150341606479
off: B
kelompok: 9

Pengertian

Istilah constructivism berasal dari kata kerja Inggris “to construct” yang merupakan serapan dari bahasa latin “construere” yang berarti menyusun atau membuat struktur. Konstruktivistik memiliki konsep bahwa belajar merupakan proses aktif pelajar mengkostruksi arti baik dalam bentuk teks, dialog, pengalaman fisis, ataupun bentuk lain. Belajar adalah kegiatan aktif bagi pelajar, hanya dengan keaktifannya ia bisa mengolah cara berpikir, bertanya secara aktif, dan mencerna informasi yang diterima dengan kritis. Oleh karena itu, kegiatan aktif dalam proses belajar perlu untuk ditekankan. Ini merupakan proses penyesuaian konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka.
Dalam teori konstruktivistik, belajar bukanlah suatu perwujudan hubungan stimulus dan respon seperti yang dikemukakan dalam teori behavioristik sebelumnya, namun belajar memerlukan pengaturan diri. Tujuan belajar lebih berfokus pad apengembangan konsepdan pemahaman yang mendalam lebih dari sekedar pementukan perilaku dan keterampilan. Dalam teori ini, belajar lebih menekankan proses daripada hasil. Pelajar harus memiliki pengalaman dengan membuat hipotesis, menguji hipotesis, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkab, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan untuk membentuk konstruksi yang baru.
Teori belajar konstruktivistik mengakibatkan pelajar kreatif dan tidak pasif. Pembelajaran yang dilakukan juga tidak hanya berpusat kepada pendidik, melainkan kepada pelajar yang nantinya dapat memicu pelajar untuk menginternalisasi diri dan mentransformasi informasi baru. Menurut Slavin (2009), teori konstruktivistik mempunyai implikasi yang besar bagi pengajaran, Karena pelajar berperan aktif dalam pembelajaran di kelas. Jadi, konsep inti dari teori konstruktivistik adalah pelajar harus membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai fasilitator dalam proses pembentukan itu.

Ciri-Ciri Teori Konstruktivistik

Ciri teori belajar konstruktivistik antara lain sebagai berikut.
1. Belajar berarti memaknai. Makna diciptakan oleh pelajar dari apa yang telah mereka lihat, dengar, dan rasakan.
2. Belajar bukan berarti kegiatan yang terus-menerus mengumpulkan fakta dan kebenaran yang ada, melainkan lebih kepada suatu pengembangan pemikiran seseorang dengan membuat pengertian yang baru.
3. Belajar bukanlah hasil, melainkan proses itu sendiri yang disebut dengan belajar.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan sehingga merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang bergantung pada apa yang telah dipelajari dan diketahui oleh pelajar.

Prinsip-Prinsip Teori Konstruktivistik yang Berkaitan dengan Pembelajaran

1. Pengetahuan dibangun oleh pelajar sendiri, baik secara personal maupun sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara langsung dari guru kepada pelajar, kecuali keaktifan dan inisiatif dari pelajar untuk menalar.
3. Pelajar aktif dalam mengkonstruksi secara terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju kepada konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi mpelajar dapat terlaksana.

Tujuan Teori Konstruktivistik

Menurut Karfi (2002: 6) tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivistik yaitu
1. Memberikan kesempatan kepada pelajar untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit ataupun model artifisial
2. Memperhatikan konsepsi awal pelajar guna menanamkan konsep yang benar
3. Proses mengubah konsepsi-konsepsi pelajar yang sudah ada dan mungkin salah

Penerapan Teori Belajar Konstruktivistik dalam Pembelajaran

Penerapan teori belajar konstruktivistik meliputi 4 tahapan, yaitu
1. Apersepsi. Pada tahap ini, pelajar didorong untuk mengemukakan pengetahuan awaltentang konsep yang akan dibahas. Pendidik bisa sesekali memancing dan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentunya masih berkaitan dengan konsep yag akan dibahas. Pelajar diberi kesempatan untuk mengilustrasikan pemahamannya tentang suatu konsep.
2. Eksplorasi. Pada tahap ini pelajar diberi kesempatan untuk menyelidiki kegiatan dan menemukan konsep melalui pengumpulan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh pendidik kemudian didiskusikan secara berkelompok.
3. Diskusi dan penjelasan konsep. Pada tahap ini pelajar menyampaikan penjelasan dan solusi berdasarkan hasil observasi yang telah ditentukan oleh pendidik, pendidik sesekali memberikan penjelasan sehingga pelajar tidak ragu-ragu mengenai konsepnya.
4. Pengembangan dan aplikasi. Pada tahap ini pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang memungkinkan pelajar dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya baik melalui kegiatan ataupun pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu yang ada.

Komentar

Postingan Populer